Kamis, 03 Desember 2009

S EMB I L A N P E R I S T IWA BELAJAR GAGNE (pengantar)

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, khususnya pasal 1 dinyatakan bahwa konsep pembelajaran adalah suatu interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Ketentuan ini membawa implikasi terjadi proses pembelajaran berbasis aneka sumber yang memungkinkan terciptanya suatu situasi pembelajaran yang “hidup” dan menarik.
Selanjutnya di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dinyatakan bahwa, proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fi sik serta psikologis peserta didik.
Ketentuan yang tercantum di dalam undang-undang dan peraturan pemerintah tersebut adalah sebuah kemajuan atau lompatan yang jauh akan konsep proses pembelajaran. Karena selama ini sebelum konsep pembelajaran yang hakiki seperti rumusan di atas dikumandangkan bahkan diundangkan dunia pendidikan (sekolah) masih mengenal konsep teaching (pengajaran). Konsep pengajaran terlalu teacher oriented (berorientasi ke guru), guru satu-satunya sumber informasi, komunikasi berjalan satu arah dari guru ke siswa. Sedangkan konsep pembelajaran dalam pratiknya kebalikan dari konsep pengajaran. Menerapkan proses pembelajaran seperti yang diamanatkan di dalam dua ketentuan yuridis tersebut menurut hemat penulis tidaklah terlalu sulit. Mengapa? Karena saat ini dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi khususnya internet, seorang pembelajar (guru) dapat mengakses berbagai informasi yang dibutuhkan. Informasi tersebut tidak hanya berhenti pada tataran konseptual, melainkan sampai ke contohcontoh model pembelajaran aplikatif, baik di kelas atau di luar kelas. Belum lagi berbagai intitusi menawarkan seminar, training, workshop untuk para pembelajar bagaimana mengelola sebuah proses pembelajaran yang efektif, efi sien, menarik, inovatif, dan menyenangkan. Reigeluth dan Merril (1983) menguraikan tentang tiga variabel dalam proses pembelajaran. Ketiga variabel itu yaitu: (1) kondisi pembelajaran; (2) metode pembelajaran; dan (3) hasil pembelajaran. Kondisi pembelajaran di dalamnya meliputi karakteristik materi ajar, karakterisitik kendala/ hambatan, dan karakteristik siswa. Metode pembelajaran di dalamnya meliputi strategi pengorganisasian materi, strategi penyampaian materi, dan strategi pengelolaan. Jika dua variabel dan berbagai sub variabel di dalamnya diperhatikan maka hasil pembelajaran (yang menekankan proses, misalnya bagaimana siswa menemukan dan mengatasi masalah atau menekankan hasil tanpa memperhatikan proses) dapat dicapai secara efektif dan efisien.

REVOLUSI AL-KHAWARITJMI

mengegumkan memang, revolusi metode aritmatika Al-Khawaritjmi. sebelumnya, orang sangat sulit memecahkan masalah perhitungan. hanya sempoa(abacus) yang dapat memudahkan perhitungan. akan tetapi, belajar sempoa tidak mudah. waktu itu, masyarakat hanya menggunakan sistem angka kuno semisal angka romawi. apakah anda ingin mencoba mengalikan duabelas dengan empatbelas menggunakan sistem angka romawi? cobalah! anda akan merasakan kesulitannya.
nyaris setiap angka yang kita gunakan sekarang adalah angka Al-Khawaritjmi. angka yang biasa kita pakai 1, 2, 3,....., 10, 11, 12,..... adalah angka Al-khawaritjmi. orang sering menyebut angka itu sebagai angka arab.

Jumat, 20 November 2009

Pembelajaran Pemecahan Masalah Matematika

Pembelajaran Pemecahan Masalah
Belajar matematika tidaklah bermakna jika tidak dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari. Siswa sekolah dasar dimulai kelas satu sudah sewajarnya dibekali dengan manfaat belajar matematika dalam kehidupan sehari-hari, yaitu slalu mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan nyata yang terjadi dan yang sering dialami siswa.
Kemampuan kognitif siswa akan berkembang selaras dengan kematangannya, dan akan berkembang dengan baik dan cepat jika dalam belajarnya sering dihadapkan terhadap permasalahan kehidupan sehari-hari. Kita sebagai guru harus menyadari bahwa kemampuan manusia itu terbatas dan tidak sama irama perkembangan mentalnya, maka dari itu sebagai guru harus menyesuaikan pemberian materi pelajaran dengan kemempuan-kemampuan siswa-siswanya, seperti belajar dari hal-hal yang konkret menuju abstrak, dari sederhana ke kompleks, dan dari mudah ke sulit.
Siswa diajak menyelesaikan pemecahan masalah dari satu langkah ke penyelesaian masalah yang membutuhkan banyak langkah yang disertai kemampuan memahami dan menangkap lebih banyak variabel dan faktor dalam suatu masalah.
Tidak ada cara yang pasti bagaimana melatihkan pemecahan masalah kepada siswa, namun ada petunjuk yang dapat membantu guru dalam membelajarkan siswanya kearah kegunaan pendekatan pemecahan masalah matematika, agar siswa belajarnya terarah dan mendapat hasil yang baik.


Langkah-langkah yang membantu siswa dalam pemecahan masalah

  • Memahami Soal
guru memberi masalah dalam bentuk soal setiap hari, baik dalam jam pelajaran matematika, maupun pada mata pelajaran lain secara terpadu, dengan langkah-langkah sebagi berikut :
  1. Menjelaskan kata atau ungkapan operasi hitung yang sering digunakan
  2. Menjelaskan hubungan antara penjumlahan dengan pengurangan, perkalian dengan pembagian, penjumlahan dengan perkalian dan pengurangan dengan pembagian.
  3. Melatih membaca pemahaman dari kalimat pendek dan sederhana ke kalimat panjang dan kompleks.
  4. Bertanya kepada siswa tenteng isi kalimat yang diberikan dalam contoh, tentang apa yang diketahui taua data apa yang diberikan dan apa yang ditanyakan atau apa yang akan dicari.
  5. Pada tahap awal, pembuatan paragrap cukup terdiri dari satu kalimat, dan jangan berbelit-belit sehingga sulit dimengerti siswa.

  • Memilih Pendekatan atau Strategi Pemecahan
Pendekatan atau strategi pemecahan masalah banyak sekali alternatif yang harus kita pakai, hal itu didasarkan pada jenis masalah dan soal. Bagi siswa yang belum dapat berfikir abstrak pendekatan dengan membuat gambar terlebih dahulu akan sangat membantu. Setelah itu berkembangkepad strategi-strategi yang lainyang memukinkan suatu masalah dapat diselesaikan secara matematisseperti membuat variabel, membuat persamaan, menggunakan logika dan lain-lain.

  • Menyelesaikan model
Dalam menyelesaikan model matematiaka siswa dituntut untuk terampil menggunakan pengetahuannya tentang konsep-konsep dasar matematika beserta aturan-aturan yang ia ketahui sewaktu mengerjakan latihan-latihan soal, baik dalam bentuk algoritma maupun secara aljabar sederhana. Seperti hubungan penjumlahan dan pengurangan, perkalian dan pembagian, pangkat dan akar.

  • Menafsirkan solusi
Sebelum ditafsirkan atau diterjemahkan kedalam bentuk kesimpulan, sebaiknya siswa di biasakan untuk memeriksa dahulu, apakah jawaban hasil perhitunganitu benar atau masih terdapat kekeliruan.untuk ini dibutuhkan ketelitian untuk mengecek ulang hasil perhitungan yang didapatkan.
Menafsirkan solusi merupakan kemampuan berfikir tingkat tinggi, karena hal tersebut merupakan penarikan kesimpulan dari hal-hal yang telah dianalisis dengan menggunakan berbagai strategi dan menggunakan berbagai operasi hitung. Menafsirkan solusi merupakan menemukan jawaban dari permasalahan yang sedang dibahas atau diuraikan.

Metode dan Teknik Pembelajaran Pemecahan Masalah Matematika
Salah satu tugas guru dalam proses pembelajaran adalah memilih metode dan teknik pembelajaran, disamping menentukan tujuan, mendalami materi, memilih alat/media, dan menentukan alat evaluasi. Teknik yang dapat di pilih untuk proses pembelajaran pemecahan masalah matematika, yaitu : Teknik Keterlibatan Siswa, Teknik Analogi, Teknik Menggunakan Model, Teknik Permainan/Teka-teki dan Teknik Simulasi. Teknik-teknik tersebut dijelaskan sebagai berikut :

  • Teknik Keterlibatan Siswa
Teknik keterlibatan siswa merupakan teknik mengajar yang mengikutsertakan siswa secara fisik dan mental. Secara fisik seperti ikut aktif dalam suatu kegiatan yang melibatkan anggota tubuh maupun panca indra, sedangkan secara mental siswa mengikuti jalannya suatu pembelajaran dengan antusias dan konsentrasi penuh.
Keunggulan dari keterlibatan siswa diantaranya adalah :
  1. Dapat menimbulkan minat belajar yang tinggi, sehingga hasil belajar akan bertahan lama.
  2. Guru mudah mengendalikan kelas, jika kegiatan siswa sudah terarahdan siswa mengerti akan tugas yang harus dilakukan.
  3. Dapat dijadikan guru untuk mendiagnosa kesulitan-kesulitan dalam belajar siswa.

  • Teknik Analogi
Teknik analogi adalah suatu teknik yang berusaha menciptakan suatu cerita untukmengilustrasikan suatu konsep. Karakteristik teknik analogi adalah :
  1. Menimbulkan minat tinggi, karena aspek cerita dari teknik ini akan menimbulkan minat belajar.
  2. Ketepatan bahasa akan berkurang jika menggunakan teknik ini.
  3. Suatu konsep mungkin harus diajarkan kembali untuk mengembangkan pemahaman matematika secara tepat untuk menghindari kesalahan konsep jika konsep tersebut disajikan dengan teknik analogi.
  4. Teknik analogi sering digunakan untuk keterampilan “bagaimana” daripada keterampialn “mengapa” tentang suatu konsep.
  5. Teknik analogi yang dirancang secara baik akan mengurangi tingkat abstraksi sajian dan kebanyakan akan berhasil dalam menyajikan suatu konsep, jika teknik yang lebih abstrak tidak berhasil.
Kelebihan teknik analogi antara lain :
  1. Dapat meningkatkan minat siswa karena aspek cerita yang disajikan.
  2. Dapat meningkatkan pemahaman siswa.
  3. Dapat mengurangi tingkat abstraksi sajian atau konsep
Kelemahannya antara lain :
  1. Ketepatan bahasa akan berkurang.
  2. Mungkin suatu konsep harus diajarkan kembali untuk mengembangkan pemahaman matematika secara tepat untuk menghindari kesalahan konsep.

  • Teknik Menggunakan Model
Teknik ini menggunakan model dalam proses belajar mengajar, model-model yang digunakan biasanya berupa gambar atau benda yang digunakan untuk memperagakan referensi dari konsep yang akan dikembangkan. Teknik ini secara luas untuk mengurangi tingkat abstraksi suatu konsep.

  • Teknik Permainan/Teka-teki
Keuntungan pembelajaran matematiak dengan menggunakan teknik permainan dan teka-teki adalah :
  1. Sudah termuat sifat-sifat cara berfikir matematika, sehingga secara langsung atau tidak langsung kita telah menanamkan dasar matematika.
  2. Memperluas belajar matematika
  3. Pada dasarnya siswa sekolah dasar senang melakukan permainan
  4. Dalam waktu luang (jam bebas) dapat diisi dengan jenis permainan yang terarah

  • Teknik Simulasi
Simulasi adalah sembarang alat atau aktivitas yang menggunakan aspek terpilih tentang situasi kehidupannyata. Dalam simulasi biasanya dituntut kemampuan prasyarat, oleh karenanya simulasi biasanya diterapkan dalam pembelajaran pada akhir kegiatan.
Kegiatan simulasi dapat meningkatkan minat belajar, tetapi akan menimbulkan kegaduhan dan memakan waktu yang relatip lama. Untuk meminimalkan kegaduhan dan waktu yang lama, guru membuat perencanaan dan peraturan yang baik.

Rabu, 04 November 2009

Bagaimana Menstimulasi Kecerdasan Anak Anda?

Di usia 3 - 5 tahun kecerdasan anak sudah sangat maju dan kompleks, sehingga diperlukan stimulasi yang lebih tepat untuk mengembangkan kecerdasan mereka itu, salah satunya dengan bermain.

Menurut Garry L. Landreth, pendiri dan direktur Center for Play Therapy di University of North Texas (UNT), bermain adalah bagian integral dari masa kanak-kanak, media yang unik untuk memfasilitasi perkembangan ekspresi bahasa, ketrampilan komunikasi, emosi, sosial, pengambilan keputusan, serta perkembangan kognitif pada anak-anak.

Untuk itulah, metode paling tepat memberikan stimulasi pada anak-anak adalah dengan bermain. Tak ubahnya Landreth, psikolog dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia Muhammad Rizal psi juga mengatakan, bahwa bermain membuat anak di usia 3-5 tahun semakin cerdas.

Hanya saja, menurut Rizal, ada baiknya stimulasi lewat bermain itu diberikan mengikuti 7 ranah kecerdasan si anak, seperti yang pernah dipaparkan oleh Dr Howard Gardner, psikolog dari Harvard University, yaitu:

Kecerdasan Spasial/Kinestetis

  1. Membantu pekerjaan rumah atau aktivitas lain semisal menyapu atau mencuci motor
  2. Bermain sepeda, petak umpet, atau naik turun tangga

Kecerdasan Interpersonal

Libatkan anak lain/tetangga yang sebaya untuk ikut bermain bersama anak Anda. Hal ini untuk mengajarkan Anak belajar berbagi dan menghargai orang lain

Kecerdasan Intrapersonal

  1. Menggambar, untuk melihat harapan-harapan atau luapan emosi yang saat itu sedang dominan pada dirinya
  2. Bermain peran, semisal bermain ayah-ibu atau tokoh-tokoh kepahlawanan

Kecerdasan Logis Matematis

  1. Ajak anak bermain pasel (puzzle) dengan kepingan yang lebih banyak
  2. Bermain susun balok yang memiliki angka atau huruf

Kecerdasan Musikal

  1. Perdengarkan lagu anak-anak, ajarkan sampai hafal satu lagu, dan bernyanyilah bersama-sama dengannya.
  2. Bermain alat musik seperti gitar atau piano mini, untuk meluapkan kecerdasan musikalnya

Kecerdasan Naturalis

  1. Menanam pohon bersama, menyiram dan memberi pupuk bersama-sama
  2. Memberi makan pada hewan piaraan seperti memberi makan ikan sambil Anda bercerita mengenai hal-hal tentang ikan

Kecerdasan Linguistik

  1. Berikan buku yang sudah memiliki teks (jika sudah bisa membaca)
  2. Jika belum bisa membaca, bacakan cerita dan ajak anak Anda menceritakan pengalamannya tentang apa saja
  3. Ajak anak menemukan simbol-simbol sepanjang perjalanan ketika bersama Anda
KOMPAS.com

Sudahkah Anda Menilai Pembelajaran Kreativitas para Siswa?

Menghadapi peserta didik berbakat, sedikitnya Anda sebagai guru memiliki 10 cara penilaian secara bermutu, apakah pembelajaran kreativitas sudah Anda lakukan di dalam kelas?

Dalam buku yang ditulisnya berjudul "Kreativitas Keberbakatan: Mengapa, Apa, dan Bagaimana", Guru Besar Tetap Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Conny R. Semiawan menuturkan 10 jenis penilaian tersebut. Simak kisi-kisinya!

Perumusan masalah aktivitas guru

Sudahkah Anda sebagai guru benar-benar membantu siswa melihat aspek tertentu berbeda dengan cara yang lazim terjadi di kelas? Banyak cara atau sudut pandang yang bisa didapatkan siswa dari setiap pembelajaran yang Anda berikan

Analisa ide

Sudahkah Anda membantu siswa secara kritis memahami kekuatan dan kelemahan dari ide-ide mereka?

Menjual ide

Sudahkah Anda membantu siswa menjelaskan, melindungi, dan meningkatkan setiap ide yang diyakini oleh mereka?

Pengendalian isu

Ibarat pedang bersisi ganda, Anda harus membantu siswa mempersiapkan diri, bahwa teori-teori Anda memiliki rentangan yang terbatas tentang kebenaran. Artinya, Anda harus memancing peserta didik mencari kebenaran melalui cara pandang mereka

Menghadang kendala

Anda harus membantu siswa agar selalu sadar, bahwa tidak semua pendapatnya bisa diterima oleh orang lain

Berani ambil risiko

Anda harus bisa membantu meyakinkan siswa untuk selalu sadar dan siap, bahwa setiap kreativitas selalu mengandung risiko

Keinginan tumbuh kembang

Sudahkah Anda membuat siswa berani menantang dirinya sendiri?

Percaya diri

Sudahkah Anda membangun kepercayaan diri siswa dengan memberinya tugas yang berat, lalu membuat perencanaan bersama dengan mereka untuk mengatasinya?

Toleransi

Sudahkah Anda membantu siswa untuk selalu bisa menghormati pendapat orang lain dan "akibat" yang akan mereka terima dengan menghormati pendapat orang lain, seperti perasaan menyesal atau kecewa karena merasa belum bisa menerima kenyataan?

Menyayangi

Sudahkah Anda bisa membuat siswa menghargai segala hal yang telah dilakukannya? Dan, sudahkah Anda menunjukkan bahwa anak didik Anda bisa berhasil dalam bidang tertentu, yang berbeda dari bidang yang sedang digelutinya di dalam kelas?

KOMPAS.com

Membangun Keterampilan Komunikasi Matematika dan Nilai Moral Siswa Melalui Model Pembelajaran Bentang Pangajen

Prestasi belajar matematika mengkhawatirkan bahkan mungkin lebih rendah bila dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya. Beberapa pelajar tidak menyukai matematika karena matematika penuh dengan hitungan dan miskin komunikasi. Beberapa pelajar juga berpikir bahwa matematika pelajaran yang membosankan, karena penuh rumus dan miskin nilai moral. Kebanyakan pelajar tidak merasa senang ketika belajar matematika. Bentang pangajen adalah sebuah model pembelajaran yang menyajikan pembelajaran matematika dengan menyenangkan dan juga membangun keterampilan komunikasi dan nilai moral. Ada lima langkah dalam model pembelajaran bentang pangajen, yaitu bina suasana, bina konsep, bina ingatan, beri bintang, dan beri hikmah. Keterampilan komunikasi akan terbangun pada langkah ke tiga sampai lima dari model pembelajaran bentang pangajen. Nilai moral siswa akan terbangun pada langkah ke empat dan lima dari model pembelajaran bentang pangajen.

Tantangan Bagi Guru Matematika

Pencapaian nilai hasil belajar siswa Indonesia untuk bidang studi matematika, cukup mengkhawatirkan. Hasil tes diagnostik yang dilakukan oleh Suryanto dan Somerset di 16 sekolah menengah beberapa provinsi di Indonesia menginformasikan bahwa hasil tes pada mata pelajaran matematika sangat rendah. Hasil dari TIMSS-Third International Mathematics and Science Study menunjukkan Indonesia pada mata pelajaran matematika berada di peringkat 34 dari 38 negara.

Beberapa ahli matematika seperti Ruseffendi (1984:15), mensinyalir kelemahan matematika pada siswa Indonesia, karena pelajaran matematika di sekolah ditakuti bahkan dibenci siswa. Menurut Sriyanto (2004) sikap negatif seperti ini muncul karena adanya persepsi bahwa pelajaran matematika yang sulit.

Banyak faktor yang menyebabkan matematika dianggap pelajaran sulit, diantaranya adalah karakterisitik materi matematika yang bersifat abstrak, logis, sistematis, dan penuh dengan lambang-lambang dan rumus yang membingungkan. Selain itu pengalaman belajar matematika bersama guru yang tidak menyenangkan atau guru yang membingungkan, turut membentuk sikap negatif siswa terhadap pelajaran matematika.

Nilai matematika siswa Indonesia yang selalu rendah, matematika pelajaran yang dibenci, dan karakteristik pelajaran matematika yang memusingkan siswa, menjadikan tantangan bagi setiap guru matematika. Tantangannya adalah “Bagaimana menyajikan pembelajaran matematika yang memudahkan siswa, menyenangkan, dan efektif bagi peningkatan hasil belajar matematika?” atau yang lebih lengkap lagi adalah “Bagaimana menyajikan pembelajaran matematika yang simple, fun, and effective sekaligus juga dapat mengembangkan skill dan afektif para siswa?”.

Bentang Pangajen: Pembelajaran Matematika yang bersifat Simple, Fun, dan Efective

Bentang pangajen adalah pembelajaran matematika yang bersifat simple, fun, and effective, karena pembelajaran ini melarutkan siswa dalam sebuah permainan yang mengasah koneksi, komunikasi dan kerjasama. Selain itu permainan tersebut juga mengandung nilai-nilai afektif dan moral, seperti kejujuran dalam menilai, keterbukaan dalam menerima kritikan, kebesaran hati dalam menerima kekurangan, menghargai pendapat orang lain, keberanian mengemukakan pendapat, dan kemampuan menilai.

Istilah “bentang pangajen” adalah istilah yang penulis berikan untuk sebuah model pembelajaran matematika, dengan lima langkah pembelajaran disingkat dengan 5B, yang terdiri dari Bina suasana, Bina konsep, Bina ingatan, Beri “bentang pangajen”, dan Beri hikmah. Model pembelajaran ini disebut “bentang pangajen” karena pada tahap ke empat, siswa diperkenankan menilai dan memberikan bintang pada karya siswa lainnya, dan berdasarkan pilihan siswa itu guru meminta penjelasan logis atas karya yang mendapat bintang paling banyak dan guru pun menarik hikmah dan memberikan penghargaan pada siswa atas bintang yang diberikan siswa dan atas alasan logis yang dikemukakan oleh siswa.

Kata “bentang pangajen” sendiri berasal dari bahasa sunda. Bentang berarti bintang, pangajen berarti diberikan, jadi bentang pangajen bermakna bintang yang diberikan pada siswa dan oleh siswa.

Adapun langkah pembelajaran pada model “bentang pangajen” adalah sebagai berikut:

1. Bina suasana

Bina suasana adalah tahapan pengkondisian siswa dan ruang belajar. Siswa akan dibagi menjadi kelompok-kelompok yang terdiri dari lima orang per kelompok. Pembagian kelompok dilakukan secara acak. Ruangan dikondisikan agar siswa mudah untuk bergerak. Siswa pun dikondisikan untuk siap menerima materi dan berkonsentrasi, dengan beberapa game atau ice breakers yang menguji konsentrasi.

2. Bina konsep

Bina konsep adalah tahapan guru memberikan informasi dan soal latihan tentang materi atau konsep. Pemberian materi atau konsep ini dilakukan dengan pembelajaran berbasis information comunication technology (ICT). ICT digunakan dalam bina konsep ini, karena beberapa kelebihannya, diantaranya adalah menarik, mampu memvisualisasikan secara tepat, dan waktu penyajikan lebih cepat.

3. Bina ingatan

Bina ingatan adalah tahap awal dari permainan. Pada tahap ini setiap kelompok siswa diminta menyelesaikan suatu masalah matematika dan memberikan alasan mengapa dan bagaimana mereka menjawab seperti yang mereka tuliskan dalam kertas karton, kemudian karton itu ditempel pada dinding kelas. Masing-masing kelompok berkeliling melihat, memberi komentar terhadap tulisan kelompok lain, menjelaskan apa yang ditulis oleh kelompok lain secara bergantian.

4. Beri bintang

Beri bintang adalah tahapan kedua dari permainan. Pada tahapan ini setiap siswa menilai karya kelompok lain berkenaan dengan konten, penyelesaian soal, dan artistik dengan membubuhkan bintang pada hasil karya tersebut.

5. Beri hikmah

Beri hikmah adalah tahap evaluasi yang diberikan oleh guru. Pada tahapan ini guru menyimpulkan kelompok mana yang paling banyak mendapat bintang. Dan menanyakan pada para siswa apa yang menyebabkan kelompok tersebut menerima banyak bintang. Kemudian kelompok yang mendapatkan bintang terbanyak dinobatkan sebagai “GRUP MOTEKAR”. Semua karya yang dibuat siswa akan menjadi pajangan di kelas (display), yang senantiasa dapat memberi motivasi dalam belajar dan mengingatkan kembali kepada siswa atas materi yang telah diberikan sebelumnya.

Sifat simple, fun, dan efective tergambar dari lima langkah 5B pada model pembelajaran bentang pangajen. Sifat simple tergambar pada langkah pembelajaran yang hanya memuat lima langkah yang sangat mudah untuk diterapkan pada pembelajaran apapun. Isi dari lima langkah ini sangat sederhana dan mudah dipahami dengan cepat oleh siapapun. Bina suasana adalah langkah persiapan, bina konsep adalah kegiatan inti guru dalam memberi materi, bina ingatan adalah kegiatan latihan siswa berupa pemecahan masalah yang dipecahkan secara berkelompok. Beri bintang adalah kegiatan pemberian penghargaan oleh dan bagi siswa. Beri hikmah adalah kegiatan evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada hari itu. Pada lima langkah itu, kita bisa melihat bahwa kelima langkah itu dapat kita terapkan dalam satu kali pembelajaran (2×45 menit).

Sifat fun tergambar pada langkah pembelajaran pertama (bina suasana), game dan ice breakerswindows shopping untuk memberikan bintang pada lembar kerja yang telah diberikan siswa lain. untuk menguji konsentrasi siswa diberikan pada tahap ini. Sifat fun juga tergambar pada langkah keempat (beri bintang), siswa melakukan

Sifat effective tergambar pada langkah pembelajaran yang kedua (bina konsep). Penggunaan ICT memberikan kemudahan pada siswa untuk mencerna materi dalam waktu singkat tanpa kehilangan proses tercapainya suatu konsep. Bahkan dengan ICT materi yang banyak dapat disajikan dengan singkat, tanpa kehilangan proses tercapainya konsep. ICT telah membantu mencapai keefektifan belajar ditunjang oleh beberap penelitian, seperti penelitian Yanti Herlanti (2005:72) menyebutkan bahwa penggunaan ICT telah mengurangi waktu guru dalam pemberian penjelasan (informing) sebanyak 68-77%.

Bentang Pangajen: Pembelajaran Matematika yang membangun skill komunikasi

Dari sisi kognitif dan skill, model pembelajaran “bentang pangajen” dengan langkah 5B, sejalan dengan pedoman penilaian kompetensi siswa dalam matematika yang dikeluarkan Depdiknas (2003: 5) yaitu:

  • Pemahaman konsep. Siswa mampu mendefinisikan konsep, mengidentifikasi, dan memberi contoh atau bukan contoh dari konsep tersebut. Untuk pemahaman konsep ini bisa diwadahi oleh model pembelajaran “bentang pangajen” pada langkah kedua, yaitu bina konsep.
  • Prosedur. Siswa mampu mengenali prosedur atau proses menghitung yang benar dan tidak benar. Untuk prosedur ini bisa diwadahi oleh model pembelajaran “bentang pangajen” pada langkah ketiga, yaitu bina ingatan.
  • Komunikasi. Siswa mampu menyatakan dan menafsirkan gagasan matematika secara lisan, tertulis, atau mendemonstrasikan. Untuk komunikasi ini bisa diwadahi oleh model pembelajaran “bentang pangajen” pada langkah ketiga dan empat, yaitu bina ingatan dan beri bintang. Pada langkah ke lima (bina hikmah), komunikasi lebih diperkuat lagi.
  • Penalaran. Siswa mampu memberikan alasan induktif dan deduktif sederhana. Untuk penalaran ini bisa diwadahi oleh model pembelajaran “bentang pangajen” pada langkah ketiga, empat dan kelima, yaitu bina ingatan, beri bintang dan beri hikmah.
  • Pemecahan masalah. Siswa mampu memahami masalah, memilih strategi penyelesaian, dan menyelesaikan masalah. Untuk pemecahan masalah ini bisa diwadahi oleh model pembelajaran “bentang pangajen” pada langkah ketiga, yaitu bina ingatan.

Matematika umumnya identik dengan perhitungan angka-angka dan rumus-rumus, sehingga muncullah anggapan bahwa skill komunikasi tidak dapat dibangun pada pembelajaran matematika. Anggapan ini tentu saja tidak tepat, karena menurut Greenes dan Schulman, komunikasi matematika memiliki peran: (1) kekuatan sentral bagi siswa dalam merumuskan konsep dan strategi matematika; (2) modal keberhasilan bagi siswa terhadap pendekatan dan penyelesaian dalam eksplorasi dan investigasi matematika; (3) wadah bagi siswa dalam berkomunikasi dengan temannya untuk memperoleh informasi, membagi pikiran dan penemuan, curah pendapat, menilai dan mempertajam ide untuk meyakinkan yang lain (dalam Ansari, 2004: A5-3). Hal senanda dikatakan oleh Nuryani, bahwa kemampuan berkomunikasi menjadi salah satu syarat yang memegang peranan penting karena membantu dalam proses penyusunan pikiran, menghubungkan gagasan dengan gagasan lain sehingga dapat mengisi hal-hal yang kurang dalam seluruh jaringan gagasan siswa. Sejalan dengan itu, Lindquist (dalam Fitrie, 2002: 16) menyatakan bahwa kita memerlukan komunikasi dalam matematika jika hendak meraih secara penuh tujuan sosial, seperti melek matematika, belajar seumur hidup, dan matematika untuk semua orang.

Bahkan membangun komunikasi matematika menurut National Center Teaching Mathematics memberikan manfaat pada siswa berupa:

  1. Memodelkan situasi dengan lisan, tertulis, gambar, grafik, dan secara aljabar.
  2. Merefleksi dan mengklarifikasi dalam berpikir mengenai gagasan-gagasan matematika dalam berbagai situasi.
  3. Mengembangkan pemahaman terhadap gagasan-gagasan matematika termasuk peranan definisi-definisi dalam matematika.
  4. Menggunakan keterampilan membaca, mendengar, dan menulis untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi gagasan matematika.
  5. Mengkaji gagasan matematika melalui konjektur dan alasan yang meyakinkan.
  6. Memahami nilai dari notasi dan peran matematika dalam pengembangan gagasan matematika.

Tampak jelas pada tahap ke tiga, empat, dan lima pada pembelajaran model “bentang pangajen”, skill komunikasi matematika siswa secara tertulis dan lisan cukup terwadahi. Sehingga bisa dikatakan bahwa pembelajaran model “bentang pangajen” adalah aktivitas yang produktif yang dapat mendukung berkembangnya kemampuan komunikasi matematika siswa.

Pada tahap ke tiga, empat, dan lima pada model pembelajaran “bentang pangajen” ada aktivitas guru yang menumbuhkembangkan kemampuan komunikasi matematika siswa, di antaranya adalah:

  • Mendengarkan dan melihat dengan penuh perhatian ide-ide siswa (lihat pada langkah ke tiga: bina ingatan).
  • Menyelidiki pertanyaan dan tugas-tugas yang diberikan, menarik hati, dan menantang siswa untuk berpikir (lihat pada langkah ke tiga: bina ingatan).
  • Meminta siswa untuk merespon dan menilai ide mereka secara lisan dan tertulis (lihat pada langkah ke empat: beri bintang).
  • Menilai kedalaman pemahaman atau ide yang dikemukakan siswa dalam diskusi (lihat pada langkah lima: beri hikmah).
  • Memutuskan kapan dan bagaimana untuk menyajikan notasi matematika dalam bahasa matematika pada siswa (lihat pada langkah ke tiga: bina ingatan).
  • Memonitor partisipasi siswa dalam diskusi, memutuskan kapan dan bagaimana untuk memotivasi masing-masing siswa untuk berpartisipasi (lihat pada langkah ke tiga dan empat: bina ingatan dan beri bintang).

Bentang Pangajen: Pembelajaran Matematika yang syarat nilai moral

Lembaga Political Economic Crisis Moneter Propensity yang berbasis di Hongkong, pada tahun 2005 mendudukan Indonesia sebagai peringkat negara terkorup se-Asia. Pada tahun 2007 menurun menjadi peringkat dua Asia, sedangkan peringkat satu diduduk oleh Filipina. Menurut lembaga Trasnparancy International, Indonesia memiliki peringkat 133 negara paling korup dari 162 negara yang diriset korupsi. Ini berarti Indonesia termasuk kelompok nomor 5 besar negara terkorup di dunia. Dalam bukunya yang berjudul Collaps, Jarred Diamen memprediksi Indonesia sebagai negara nomor 14 dunia menjadi salah satu contoh negeri yang akan gagal. Menurut Jarred prilaku korupsi yang terjadi di Indonesia adalah sumber masalahnya, dan sebagaimana banyak bangsa besar juga hancur karena korupsi sebut saja Majapahit sebagai feodalisme terbesar, Inggris sang penjajah yang berkuasa selama 233 tahun, Negara Romawi, Mogul, Turki, dan keruntuhan VOC di Indonesia sebagai perusahaan konglomerat di dunia. Semuanya dapat runtuh selain akibat perlawanan tetapi juga karena korupsi (kapanlagi.com).

Prilaku korupsi sendiri berawal dari sikap moral tidak jujur atau bohong, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain. Jika kita ingin memberantas korupsi ini, maka dari sisi sikap mental harus ditumbuhkan sikap jujur.

Institusi pendidikan yang bertugas membangun sisi kognitif, afektif, dan skill siswa mempunyai peran yang besar dalam menumbuhkembangkan sikap mental jujur. Jika tidak ingin bangsa ini terjebak pada “kegagalan” seperti prediksi Jarred Diamen, maka institusi pendidikan harus pula mengambil peran di dalamnya. Salah satu peran yang dapat diambil institusi pendidikan adalah “bagaimana guru mampu mengintegrasikan nilai moral pada proses belajar mengajar (PBM), termasuk PBM matematika?”.

Pembelajaran matematika, sekali lagi sering dituduhkan hanya berkecimpung dengan angka dan rumus, sehingga miskin muatan nilai. Maka pada pembelajaran model “bentang pangajen” nilai moral diintegrasikan pada PBM matematika. Pembelajaran model “bentang pangajen” yang syarat dengan muatan nilai moral, terutama pada langkah ke empat dan lima, yaitu beri bintang dan beri hikmah.

Pada langkah ke empat yaitu beri bintang, siswa melakukan kegiatan pemberian bintang, pada kelompok siswa lain yang dianggap layak dari beberbagai sisi sesuai dengan pendapat siswa. Pada tahap ini, ketika siswa akan menempelkan tanda bintang pada karya kelompoknya atau karya kelompok lain, konflik nilai akan terjadi. Konflik nilai yang paling penting adalah kejujuran. Apakah siswa berani jujur menilai berdasarkan perhargaan terhadap karya dan alasan yang terbaik, bukan berdasarkan hubungan kedekatan teman atau “ego” bahwa karya sendiri yang berhak mendapat bintang, atau karena iming-iming traktir saat istirahat sekolah.

Pada langkah ke lima yaitu beri hikmah. Guru dapat mengetahui alasan (reasoning) yang dikemukan para siswa, mengapa mereka menempelkan bintangnya pada kelompok tertentu. Dari alasan yang dikemukan oleh siswa, guru dapat mengidentifikasi nilai moral yang dianut siswa, apakah penilai siswa sudah berbasis kejujuran atau belum. Jika belum, maka guru pun dapat memberikan masukan berkaitan dengan hakekat kejujuran dalam menilai karya orang lain, berani mengatakan buruk jika memang buruk dan baik jika memang baik, menumbuhkan jiwa “sportifitas” pengakuan bahwa lawan memang lebih baik.

Jika langkah empat dan lima ini secara terus menerus diterapkan, maka akan terjadi sebuah “brainstroming” yang mampu menginternalisasi dan menjadi pembiasaan pada diri siswa. Paling tidak, langkah ini akan memberi sumbangan bagi terbangunnya mental kejujuran sejak dini.

Pembelajaran Matematika yang Bermakna

Proses pembelajaran matematika yang lebih baik dan bermutu harus segera diselenggarakan. Sudah bukan zamannya lagi matematika dianggap sebagai sesuatu yang menakutkan bagi siswa di sekolah. Jika selama ini matematika dianggap hanya sebagai ilmu abstrak, hanya teoritis, dan kumpulan rumus-rumus,, maka sudah saatnya matematika dianggap sebagai sesuatu yang penting dan dirindukan oleh siswa. Oleh karena itu, seorang guru matematika harus mampu menghadirkan pembelajaran matematika yang menyenangkan dan humanis.

  1. Mengubah Paradigma Pembelajaran Matematika

Pada saat ini, di negara kita paradigma mengajar masih mendominasi kegiatan pembelajaran matematika di sekolah. Siswa masih dianggap sebagai obyek yang belum tahu apa-apa, kertas putih bersih yang harus diisi tulisan oleh guru, atau gelas kosong yang harus diisi air. Sebaliknya guru memposisikan diri sebagai manusia super yang mengetahui segalanya dan satu-satunya sumber ilmu. Guru ceramah, menggurui, dan otoritas tertinggi di kelas berada di tangan guru.

Penekanan yang berlebihan pada isi dan materi atau lebih dikenal dengan beban kurikulum diajarkan secara terpisah. Materi itupun diberikan dalam bentuk jadi dari buku yang bahasanya menggunakan bahasa orang pintar, sehingga dari segi bahasa pun siswa memahami kesulitan, apalagi materinya. Penguasaan dan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep materi matematika sangat lemah dan tidak mendalam. Alhasil, prestasi belajar matematika menjadi rendah.

Pengetahuan yang diterima secara pasif membuat matematika tidak bermakna bagi siswa. Paradigma mengajar seperti ini harus segera ditinggalkan di dalam kelas. Sudah saatnya paradigma mengajar diganti dengan paradigma belajar ketika berada dalam kelas. Hal ini sejalan dengan teori konstruktivisme.

Dalam teori konstruktivisme, siswa tidak lagi sebagai obyek tetapi siswa diposisikan sebagai subyek. Pengetahuan bukan lagi sebagai sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang harus diteliti, dipikirkan, dan dikonstruksi oleh siswa. Dengan demikian siswa sendirilah yang akan aktif belajar.

Hal ini menjadikan siswa harus aktif menemukan sendiri pengetahuan yang ingin mereka miliki. Maka disini tugas guru tidak lagi sebagai mentransfer ilmu kepada siswa, melainkan bagaimana menciptakan suasana belajar dan merencanakan kegiatan pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif mengkonstruksi pengetahuan untuk dimiliki oleh mereka sendiri. Sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa.

Kegiatan pembelajaran matematika di sekolah akan berjalan efektif dan bermakna bagi siswa jika proses pembelajarannya memperhatikan konteks siswa. Konteks nyata dari kehidupan siswa meliputi latar belakang fisik, keluarga, sosial, ekonomi, budaya, agama dan kenyataan-kenyataan hidup lainnya. Pengertian-pengertian dan pemahaman-pemahaman yang dibawa siswa ketika memulai kegiatan belajar, perasaan, sikap, dan nilai-nilai yang diyakini siswa juga merupakan konteks nyata. Konsekuensinya, untuk mengubah pembelajaran matematika ke arah pendekatan konstruktivisme atau realistisme, pembelajaran matematika harus direncanakan dan dilakukan sedemikian rupa sehingga setiap siswa dengan konteks dan keunikannya memdapatkan kesempatan untuk mengkonstruksi kembali pengetahuannya dengan strategi sendiri.

Dalam proses pembelajaran matematika, siswa sering kali mengalami kesulitan dalam aktivitas belajarnya. Oleh karena itu, guru perlu memberikan bantuan dan dorongan kepada siswa dalam proses pembelajaran. Pemberian bantuan itu memungkinkan siswa memecahkan masalah, melaksanakan tugas, atau mencapai sasaran yang tidak mungkin diusahakan siswa sendiri. Bentuk bantuan dan dorongan bisa berbagai macam, tetapi tujuannya untuk memastikan agar siswa mencapai sasaran yang berada di luar jangkauan siswa. Bantuan dan dorongan yang diberikan misalnya pemberian petunjuk kecil, pemberian model prosedur penyelesaian tugas, pemberitahuan tentang kekeliruan dalam prosedur penyelesaian, mengarahkan siswa pada informasi tertentu, menawarkan langkah lain, dan usaha menjaga agar rasa frustasi siswa terhadap tugas tetap berada pada tingkat yang masih dapat ditanggung siswa. Dorongan menjadi pertanda interaksi sosial antara siswa dan guru yang mendahului terjadinya internalisasi pengetahuan, keterampilan, dan disposisi, serta menjadi alat pembelajaran yang dapat mengurangi keambiguan sehingga meningkatkan kesempatan siswa mengalami perkembangan.